Kita semua pasti tahu tentang ulat sutera!
Ya. sejak zaman dahulu, ulat sutera diusahakan manusia untuk diambil seratnya sebagai bahan untuk membuat kain tenun sutera yang bermutu tinggi. Ulat sutera yang liar telah dibudidayakan menjadi serangga peliharaan seperti yang dikenal dan diusahakan sekarang ini. Ulat sutera ini dikenal masyarakat umum sebagai ulat sutera Bombyx Mori. Usaha ini memerlukan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Akhirnya, ulat sutera yang diusahakan ini dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang cukup tinggi.
Ulat sutera (Bombyx Mori) membutuhkan daun murbei sebagai makanannya. Sebelum memulai pemeliharaan ulat sutera, tanaman murbei harus sudah siap diambil daunnya sebagai bahan makanan. Ulat sutera yang sudah menjadi serangga peliharaan sangat peka terhadap faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, pemeliharaan ulat sutera memerlukan tempat atau ruangan yang memiliki suhu dan kelembaban yang cocok dengan ulat sutera yang dipelihara.
JENIS-JENIS ULAT SUTERA
Jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera alam berdasarkan kebiasaan hidupnya dibagi dalam 2 kelompok:
1. Ulat Sutera liar (wild silk), yaitu ulat sutera yang biasa hidup bebas dibeberapa jenis pohon. Ulat
sutera yang tergolong sebagai ulat sutera liar adalah sebagai berikut:
a. Philosamia riciniHutt (Ulat Sutera Eri)
Ulat ini makan daun jarak (Ricinus Comunnis L) dan di India hasil suteranya disebut
Sutera Eri.
b. Anhearia Pernyi Guerin (Ulat Sutera Tasar Cina)
Ulat ini makan daun Quercus sp. dan sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
c. Anthereae Yamamai Guerin (Ulat Sutera Tasar Jepang)
Ulat ini memakan daun Alianthus sp. dan suteranya disebut sutera Tasar
d. Athereae Mylitta Drury (Ulat sutera Tasar India)
Ulat ini memakan daun ketapang (terminalia sp.), meranti (shorea sp.) dan bungur
(Lagerstomeia sp.). Sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
2. Ulat Sutera Bombyx Mori, yang biasa dipelihara didalam ruangan dan merupakan penghasil utama
sutera yang meliputi 95% produksi sutera dunia.
Jenis ulat sutera yang paling banyak dipelihara manusia untuk memproduksi bahan sutera alam adalah jenis Bombyx Mori. Ulat sutera ini memakan daun Murbei (Morus sp.). Ulat sutera Bombyx Mori ditemukan di Cina 3000 tahun sebelum masehi. Kata "Bombyx" berasal dari nama serangga penghasil serat yang termasuk dalam familia Bombycidae. Kata "Mori" berasal dari morus (Murbei) yang daunnya merupakan makanan ulat ini. Pada daun murbei terdapat suatu zat perangsang berupa glukosida dan menyebabkan penolakan ulat memakan daun tumbuhan lain karena tidak adanya zat perangsang tersebut.
ULAT SUTERA (BOMBYX MORI)
Sistematika ulat sutera (bombyx mori) adalah sebagai berikut.
Phyllum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Bombycidae
Genus : Bombyx
Species : Bombyx Mori L.
Siklus hidup : Ulat Sutera (bombyx mori) termasuk serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu.
Pada awalnya, kupu-kupu betina akan bertelur. Ukuran telurnya kecil sekali, sekitar 0,4 cm. Setelah berumur 10-12 hari, telur akan menetas menjadi ulat kecil yang panjangnya sekitar 3mm. Selama 3 hari ulat akan makan daun murbei dan kemudian ulat makan tidur serta berganti kulit. Selama masa hidupnya ulat mengalami 4 kali ganti kulit dan 5 periode makan. Periode makan ini disebut "instar". Ulat akan makan daun sebanyak-banyaknya untuk persiapan metamorfosis menjadi kupu-kupu. Setelah mencapai instar 5, ulat akan berhenti makan dan mulai membuat kepompong selama 2-3 hari. Kemudian ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu selama 11 hari. Kupu-kupu adalah tahapan terakhir dari proses metamorfosis.
Ulat sutera mengalami peralihan dari instar ke instar lainnya yang ditandai berhentinya makan, tidur, dan terjadinya pergantian kulit. Pada akhir instar ke-5, ulat akan membentuk kepompong atau kokon. Di dalam kokon, ia berubah menjadi pupa dan setelah menjadi kupu-kupu, ia akan keluar dari kokon untuk melakukan perkawinan dan yang betina akan menghasilkan telur.
Ulat yang keluar dari telur berwarna kehitaman atau coklat gelap, berkepala besar dan badannya masih tertutup bulu. Pada hari ke-2, badan ulat bertambah gemuk, berwarna kehijauan dan bulu-bulunya telah lepas (rontok). Kemudian, ulat berhenti makan dan memasuki masa istirahat yang diakhiri dengan pergantian kulit. Setelah pergantian kulit, ulat memasuki fase instar ke-2 dan seterusnya memasuki instar ke-3, ke-4, dan ke-5 yang masing-masing instar didahului dengan masa istirahat serta berganti kulit.
Pada akhir isntar ke-5 tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya berangsur-angsur kelihatan seolah-olah tembus cahaya dan ulat berhenti makan. Ulat ini sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat kokon. Ulat yang sudah siap membuat kokon disebut ulat yang sudah matang.
Lama setiap periode instar tidak sama. Periode instar umumnya yang terpendek adalah instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, instar ke-4 dan instar ke-5. Masa istirahat ulat adalah sekitar 1 hari. Masa istirahat yang terpendek adalah pada instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3 dan instar ke-4.
Lama periode hidup, mulai dari saat lahir (telur menetas) sampai masa membuat kokon adalah sekitar 1 bulan, namun hal ini sebenarnya sangat dipengaruhi oleh iklim dan suhu setempat.
Selama 1 bulan tersebut pertumbuhan ulat sutera sangat pesat sehingga jika dibandingkan berat ulat sehari sebelum membuat kokon adalah sekitar 10.000 kali berat badan ulat yang baru lahir.
Pembentukan Serat Sutera
Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera (silk gland). Serat sutera merupakan serat double yang terdiri dari fibroin dan serisin.
a. Bagian depan. Bagian ini biasanya merupakan saluran pengeluaran kelenjar yang terbuka pada ujungnya tepat dimulut larva.
b. Bagian tengah. Bagian ini biasanya merupakan zat warna yang terbentuk bersama-sama seirin (C15-H23-N5-O8) sebagai perekat yang meliputi sekitar 25% dari berat serat yang mudah larut dalam air panas.
c. Bagian belakang. Bagian ini menghasilkan Fibroin (C15-H28-N5-O6) sebagai sutera cair yang meliputi 75% bagian dari berat dan tidak larut dalam air panas.
Benang ulat sutera berasal dari beberapa serat yang direeling menjadi satu. Serat ulat sutera tahan temperatur hingga 110 derajat celcius. Pada temperatur 130 derajat, benang sutera mulai terbakar. Benang sutera mempunyai kelembaban 10% - 30% dan benang sutera yang sudah dikeringkan dapat juga menyerap gas.
Kupu-kupu (ngengat)
Sesudah ulat sutera mulai membentuk kepompong, yaitu setelah instar ke-5, sekitar 14 hari berikutnya terbentuklah kupu-kupu (ngengat) yang keluar dari dalam kepompong dengan cara melubangi kepompong. Selanjutnya, kupu-kupu betina yang telah kawin akan memproduksi telur.
Semoga artikel saya ini dapat memberikan informasi yang ringkas dan bermanfaat bagi anda sekalian yang ingin mengetahui tentang ulat sutera.